Imam Asy-Syafi’i pernah dijenguk oleh muridnya, Ar-Rabi’. Saat itu, Imam Asy-Syafi’i sedang sakit. Lalu muridnya berkata kepadanya, “Semoga Allah menambahkan untukmu…” Apa katanya tadi? “Semoga Allah menguatkan lemahmu, wahai Imam.” “Semoga Allah menguatkan lemahmu, wahai Imam.”
Kalimat “Semoga Allah menguatkan lemahmu” memiliki dua kemungkinan makna. Pertama: “Semoga Allah menguatkan lemahmu,” artinya semoga Allah menguatkan dirimu. Kedua: “Semoga Allah menguatkan lemahmu,” artinya semoga Allah menambah kelemahanmu.
Imam Asy-Syafi’i—yang ketika itu sedang sakit—adalah sosok yang lembut, semoga Allah merahmatinya. Beliau pun menjawab, “Andai Allah menambah kelemahanku, aku pasti mati.” Maksudnya: “Jika sakitku bertambah parah, aku tidak sanggup menahannya.” “Jika kelemahanku diperkuat, aku pasti mati.” Muridnya segera berkata, “Demi Allah, wahai Imam, aku tidak bermaksud demikian!” “Aku maksudkan: semoga Allah menguatkan lemahmu, dalam makna yang kedua, yaitu semoga Allah menghilangkan kelemahanmu dan menggantinya dengan kekuatan.” Ia menegaskan, “Demi Allah, aku tidak bermaksud yang pertama itu!”
Maka Asy-Syafi’i berkata, “Demi Allah! Sekalipun kamu menghinaku, pasti aku tahu bahwa itu bukan maksudmu.” Inilah yang disebut berbaik sangka. Banyak orang, ketika mendengar satu kalimat yang bisa ditafsirkan dalam tujuh belas makna, justru memilih satu makna yang paling buruk di antaranya. Berbaik sangkalah terhadap saudara-saudara kalian! Bahkan, ada yang pernah bercerita kepadaku bahwa ia menasihati seseorang, tapi orang itu malah marah. Mungkin caranya menasihati kurang baik, tapi wahai saudaraku, terimalah nasihat itu dan ambil kebaikannya.
Sebagian orang memang tidak pandai dalam menyampaikan nasihat, tetapi apakah ucapannya benar atau tidak? Bahkan jika ucapannya tidak benar sekalipun, cukup katakan, “Jazakallahu khairan,” lalu terimalah dengan lapang dada. Bersikaplah lembut terhadap saudara-saudaramu. Permudahlah urusan mereka. Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan.
=====
يَعْنِي الشَّافِعِيُّ دَخَلَ عَلَيْهِ تِلْمِيذُهُ الرَّبِيعُ وَكَانَ الشَّافِعِيُّ مَرِيضًا فَقَالَ لَهُ تِلْمِيذُهُ زَادَكَ اللَّهُ أَيْش قَال؟ قَوَّى اللَّهُ ضَعْفَكَ يَا إِمَامُ قَوَّى اللَّهُ ضَعْفَكَ يَا إِمَامُ
قَوَّى اللَّهُ ضَعْفَكَ تَحْتَمِلُ مَعْنَيَيْنِ قَوَّى اللَّهُ ضَعْفَكَ يَعْنِي قَوَّاكَ وَقَوَّى اللَّهُ ضَعْفَكَ زَادَ اللَّهُ ضَعْفَكَ
الشَّافِعِيُّ وَهُوَ مَرِيضٌ كَانَتْ يَعْنِي نَفْسُهُ لَطِيفَةٌ الشَّافِعِيُّ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى فَقَالَ لَوْ قَوَّى ضَعْفِي لَمِتُّ يَعْنِي أَكْثَرَ مِنْ شِدَّتِهِ أَمُوتُ مَا أَقْدِرُ لَوْ قَوَّى ضَعْفِي لَمِتُّ فَقَالَ يَا إِمَامُ وَاللّهِ مَا قَصَدْتُ هَذَا يَعْنِي قَصَدْتُ قَوَّى اللَّهُ ضَعْفَكَ الثَّانِيَةَ الَّتِي هِيَ أَزَالَ اللَّهُ الْضَّعْفَ وَأَبْدَلَهُ قُوَّةً قَالَ وَاللّهِ مَا قَصَدْتُ هَذِهِ
فَقَالَ الشَّافِعِيُّ وَاللَّهِ لَوْ سَبَبْتَنِي لَعَلِمْتُ إِنَّكَ لَا تَقْصِدُ هَذَا إِحْسَانُ الظَّنِّ هَذَا النَّاسُ حِينَ كَلِمَةٍ تَحْتَمِلُ سَبْعَةَ عَشَرَ مَعْنًى يَأْخُذُ مِنْ سَبْعَةَ عَشَرَ الَّذِي هُو الَّذِي فِيهَا الشَّيْنُ أَحْسِنُوا الظَّنَّ بِإِخْوَانِكُمْ يَعْنِي حَتَّى حَدَّثَنِي بَعْضُهُمْ أَنَّهُ قَدَّمَ نَصِيحَةً إِلَى أَحَدِهِمْ فَغَضِبَ لَعَلَّ أُسْلُوبَهُ كَانَ سَيِّئًا وَكَذَا لَكِنْ يَا أَخِي تَقَبَّلْ خَلَاصٌ خُذِ الْخَيْرَ
بَعْضُ النَّاسِ قَدْ يَكُونُ أُسْلُوبُهُ لَيْس جَيِّدًا لَكِنْ الْكَلَامُ الَّذِي قَالَه صَحَّ وَلَا لَا؟ حَتَّى لَوْ لَمْ يَكُنْ صَحَّ طَيِّبٌ قُلْ جَزَاكَ اللَّهُ خَيْراً وَتَقَبَّلْ لِيْنُوا بَيْنَ أَيْدِي إِخْوَانِكُمْ يَعْنِي سَهِّلِ الْأُمُورَ اللَّهُ الْمُسْتَعَانُ